Selasa, 12 Februari 2008

Makhluk Sosial dan Makhluk Ekonomi

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN EKONOMI YANG BERMORAL

Penyusun : M. Anshor Sja’roni, S.Sos

Standar Kompetensi : Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan.
Kompetensi Dasar : Mendeskrepsikan manusia sebagai makhluk sosial dan
ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan.
Indikator :
1. Mendeskripsikan hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang
bermoral
2. Mengidentifikasi makna manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi
3. Mewujudkan hubungan yang harmonis antar manusia sebagai makhluk sosial &
ekonomi yang bermoral

PENGANTAR
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari bagaimana usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui, manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah sebagai kalifah di muka bumi. Berbagai tugas dibebankan Allah pada manusia selama manusia menempati hamparan muka bumi ini. Inti tugas itu adalah beribadah kepada Allah. Lalu, bagaimana bentuk ibadah itu? Bentuk beribadah yang dimaksud tidak lain adalah menyembah kepada Allah dengan menunaikan kewajiban-kewajiban seperti salat, puasa, zakat, dan ibadah haji serta beramal baik dan berakhlak yang baik pula. Di samping itu, agar manusia dapat menjalankan ibadah tersebut dengan baik, mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa selama manusia hidup di dunia, dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, baik berupa kebutuhan yang bersifat materi maupun kebutuhan yang bersifat sosial.
Dari uraian di atas itulah ilmu ekonomi kemudian dikembangkan. Para ilmuan ekonomi kemudian membedakan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi. Sekarang mari kita pelajari apakah makhluk sosial dan makhluk ekonomi itu?

A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dunia ini mustahil manusia dapat hidup seorang diri. Manusia akan selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu sosiologi kita telah pelajari tentang interaksi sosial dan tentang sosialisasi. Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil, sendirian, dan menjadi gila jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia mempunyai naluri hidup bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo socialis) karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

B. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Walaupun manusia membutuhkan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tetapi manusia tetap memiliki otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri. Secara pribadi, manusia harus memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya.
Kita tentu paham bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Setiap manusia butuh makan dan minum agar tetap hidup. Manusia membutuhkan pakaian untuk dapat bergaul dengan baik dengan manusia lainnya. Manusia juga butuh rumah sebagai tempat berlindung. Pendidikan, kesehatan, hiburan, dan kebutuhan lainnya juga diperlukan manusia agar hidup lebih layak.
Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk mendapatkan uang, manusia harus bekerja. Setelah bekerja dan mendapatkan uang, uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, uang tersebut ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, manusia selalu penuh perhitungan dalam hidupnya. Karena itulah manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena manusia selalu memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi.

C. Hubungan Antara Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Ekonomi yang Bermoral

Bagaimanakah menghubungkan ciri manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi di atas? Bisakah manusia melakukan dua ciri itu sekaligus dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya tentu saja bisa. Lalu bagaimana caranya?
Jika manusia dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan pribadinya menggunakan segala cara tanpa memperdulikan apakah cara yang ditempuh itu halal atau haram, merugikan orang lain atau dengan jalan yang tidak baik, maka manusia itu akan menjadi serigala bagi manusia lainnya. Manusia yang sudah menjadi serigala bagi manusia lainnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya. Mereka sering mengorbankan orang lain. Mereka tidak peduli apakah orang lain itu rugi akibat perbuatannya. Mereka tidak malu untuk mencari uang dan kekayaan meskipun dengan cara yang curang. Manusia yang menjadi serigala bagi manusia lain disebut homo homini lupus.
Sedangkan kita tahu, manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Dalam melakukan aktivitas, termasuk bekerja dan usaha mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kita selalu membutuhkan bantuan dan kerja sama dari orang lain. Karena itu, kita tidak boleh berlaku seenaknya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukankah kita hidup bermasyarakat? Maka kita harus memiliki moral dan akhlak ketika kita menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi.

Tugas
I. Jelaskan konsep-konsep / kata-kata kunci di bawah ini!
1. makhluk sosial
2. makhluk ekonomi
3. gregariousness
4. homo homini lupus
5. homo homini socius
II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Tulislah sebuah cerita yang menggambarkan manusia sebagai makhluk sosial!
2. Tulislah sebuah cerita yang menggambarkan manusia sebagai makhluk ekonomi!
3. Tulislah sebuah cerita yang menggambarkan manusia yang mampu menjalankan
fungsi sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk ekonomi yang bermoral!
4. Tulislah sebuah cerita yang menggambarkan manusia yang tidak mampu
menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk ekonomi!

III. Unjuk Kerja
Wawancarailah orang tuamu di rumah! Tanyakanlah pengeluaran anggota keluargamu dalam sebulan! Setelah data terkumpul, masukkan ke dalam tabel dan bandingkanlah dengan hasil kerja temanmu yang lain di kelas!

Tindakan, Motif, dan Prinsip Ekonomi

TINDAKAN EKONOMI BERDASARKAN MOTIF DAN PRINSIP EKONOMI

Penyusun : M. Anshor Sja’roni, S.Sos


Standar Kompetensi : Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan.
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan
prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian tindakan ekonomi
2. Menyebutkan tiga contoh tindakan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan pengertian motif ekonomi
4. Menjelaskan motif ekonomi dan nonekonomi yang mendorong seseorang melakukan
kegiatan pokok ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
5. Menjelaskan pengertian prinsip ekonomi
6. Menjelaskan penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan pokok ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari


A. Tindakan Ekonomi

Pada bab terdahulu, kita telah membahas manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral. Pada pembahasan tersebut telah diungkapkan bahwa manusia selalu memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama manusia hidup di dunia, mereka tidak akan berhenti untuk terus berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak kita lahir ke dunia hingga kita dewasa dan menjadi tua, kita selalu butuh makan dan minum, kita butuh pakaian dan rumah sebagai tempat berteduh, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Lalu, bagaimana cara manusia memenuhi berbagai kebutuhannya? Ketika kita kecil, kita masih bergantung pada orang tua. Orang tualah yang memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika kita besar dan dewasa, tanggung jawab orang tua semakin berkurang. Kita sendiri yang berpikir bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup kita. Pada jaman sekarang untuk memenuhi kebutuhan manusia butuh uang. Uang didapat dari bekerja. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia jaman sekarang harus bekerja.
Bagaimana orang jaman dulu, ketika belum ada uang, memenuhi kebutuhannya? Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, manusia jaman dulu mengambil langsung dari alam. Mereka berburu menangkap binatang atau ikan dan mencari buah-buahan dan dedaunan yang tumbuh di lingkungan sekitar. Mereka pergi ke gua dan pohon tinggi besar sebagai tempat berteduh dan tidur. Untuk pakaian mereka menggunakan dedaunan yang lebar.
Jadi, dari jaman dulu sampai jaman kita sekarang ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus bekerja. Jaman dahulu manusia bekerja dengan jalan mengambil langsung dari alam dan mengolah alam untuk menghasilkan makanan. Jaman sekarang manusia bekerja demi mendapatkan uang untuk dibelanjakan berbagai kebutuhan hidup. Manusia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut melakukan tindakan ekonomi atau kegiatan ekonomi. Tidak hanya itu, ketika kita membeli barang atau menggunakan / memanfaatkan barang, berarti kita melakukan kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan konsumsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya manusia melakukan tindakan / kegiatan ekonomi.
Tindakan ekonomi terdiri atas tiga kegiatan pokok ekonomi, yaitu (1) kegiatan produksi, (2) kegiatan konsumsi, dan (3) kegiatan distribusi. Tiga kegiatan pokok ekonomi ini akan kita bahas lebih lengkap pada bab lain.

B. Motif Ekonomi

Apakah motif ekonomi itu? Motif berasal dari bahasa Inggris, motive, yang berarti dorongan. Secara sederhana, dorongan atau alasan yang membuat orang mau melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi. Lebih jelasnya, yang dimaksud motif ekonomi adalah suatu kekuatan yang mendorong orang untuk melakukan tindakan / kegiatan ekonomi.
Mengapa orang mau bekerja? Apa yang membuat petani mau bekerja di sawah? Apa yang mendorong nelayan mau bersusah payah mengarungi lautan luas mencari ikan? Apa yang membuat ayah atau ibu kita siang malam bekerja di kantor? Ada dua alasan mengapa orang melakukan kegiatan ekonomi, yaitu alasan ekonomi (motif ekonomi) dan alasan di luar ekonomi (motif nonekonomi).
Secara garis besar, motif ekonomi yang mendorong seseorang mau melakukan tindakan ekonomi karena seseorang itu ingin:
1. mendapat laba / keuntungan.
2. mendapat kepuasan atau kenikmatan sebesar-besarnya.
Sedangkan motif nonekonomi yang mendorong seseorang melakukan tindakan ekonomi karena seseorang itu ingin :
1. membantu orang lain.
2. mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari masyarakat.
3. mendapatkan kedudukan atau jabatan di masyarakat.

C. Prinsip Ekonomi

Prinsip ekonomi adalah dasar berpikir yang digunakan manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi
Dasar berpikir dalam prinsip ekonomi adalah:
 “ dengan pengorbanan tertentu diperoleh kepuasan sebesar-besarnya” atau
 “dengan pengorbanan sekecil-kecilnya demi mendapatkan kepuasan tertentu”
Mari kita pahami maksud dari kalimat yang menjadi dasar berpikir dari prinsip ekonomi di atas.
Misalnya ayah kita mempunyai perusahaan yang memproduksi sepatu. Sebelum sepatu dibuat, ayah kita menghitung berapa kira-kira biaya untuk memproduksi sepatu dan berapa harga jual sepatu itu. Jika ayah menerapkan prinsip ekonomi, maka ayah berusaha untuk menekan biaya pembuatan sepatu sekecil-kecilnya untuk mendapatkan laba atau keuntungan tertentu, sesuai harapan ayah.
Contoh yang lain, marilah kita ikuti seorang ibu yang sedang belanja di pasar. Ibu itu telah mencatat barang-barang yang akan dibeli. Ibu itu mengecek berapa uang yang dimilikinya. Jika ibu itu menerapkan prinsip ekonomi, apa yang akan dilakukan ibu itu? Tentu saja ibu itu menghitung uang yang dimilikinya agar cukup untuk belanja. Bahkan kalau bisa sisa. Bagaimana caranya? Jika barang yang akan dibeli banyak sedangkan uang yang ada kurang, maka yang dilakukan adalah membuat skala prioritas. Ibu itu harus menetapkan barang apa yang paling penting dan mendesak untuk dibeli dan barang apa yang paling tidak penting dan tidak mendesak untuk dibeli. Di samping membuat skala prioritas, ibu itu harus mencari informasi di mana bisa memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah.
Sekarang, coba kalian membuat contoh penerapan prinsip ekonomi dalam kehidupanmu sebagai seorang siswa!

Tugas
I. Jelaskan konsep / kata kunci di bawah ini!
1. tindakan ekonomi
2. motif ekonomi
3. motif nonekonomi
4. prinsip ekonomi
II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Tuliskan satu contoh tindakan ekonomi!
2. Tuliskan satu contoh motif ekonomi!
3. Tuliskan satu contoh motif nonekonomi!
4. Tuliskan satu contoh penerapan prinsip ekonomi dalam kehidupan siswa sehari-hari!
III. Unjuk Kerja
Wawancarailah ayah atau ibu kamu! Tanyakan apa motif ayah/ibu bekerja? Tanyakan pula apa motif ayah/ibu membeli rumah, kendaraan, atau membeli barang untuk disumbangkan kepada korban bencana alam? Buatlah laporan hasil wawancara lalu presentasikan di depan kelas!

Sabtu, 09 Februari 2008

Artikel Pendidikan


(Tulisan ini telah dimuat di Jawa Pos, Selasa (5/2/2008)

Melatih Social Skill Siswa

Oleh M. Anshor Sja’roni
“Satu hal yang harus selalu diingat, bahwa dengan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial (social skill) berarti guru telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku di masyarakat.”

Sebagai makhluk sosial, seseorang dituntut mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Karenanya, orang dituntut menguasai keterampilan sosialnya (social skill). Keterampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Keterampilan itu harus mulai dikembangkan sejak seseorang masih anak-anak. Lalu, apa yang dimaksud keterampilan sosial ? Bagaimana keterampilan itu mesti dikembangkan di sekolah? Mengapa keterampilan ini makin penting pada anak yang menginjak remaja?
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi makin penting ketika anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif, dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrem bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, sampai tindakan kekerasan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya, bagaimana cara melakukan hal tersebut di kelas dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan?
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja - dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir - adalah memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, keterampilan memimpin, musyawarah, pengelolaan konflik, mempercayai orang lain, berbagi dalam tugas, memunculkan partisipasi, menghormati adanya perbedaan, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Jika keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut, maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Untuk menciptakan suasana kehidupan sosial nyata di kelas, hal yang harus diperhatikan guru di dalam strategi pembelajaran adalah faktor keberagaman siswa. Keberagaman siswa dengan latar belakang sosial historis, derajat potensi, kecepatan belajar, dan potensi kecerdasan majemuk tidak dapat dinafikan begitu saja. Kondisi siswa yang heterogen bukan sebuah faktor negatif tetapi menjadi faktor positif di mana masing-masing siswa dapat saling menunjang dan melengkapi dalam proses pembelajaran yang saling mencerdaskan dan memaksimalkan pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar.
Kondisi siswa yang beragam adalah sebuah keniscayaan. Hal ini sama dan sebangun dengan kondisi sosial masyarakat. Keniscayaan ini seringkali diabaikan oleh guru. Ditambah lagi sistem penyelenggaraan pendidikan yang menyita banyak waktu di sekolah, semakin mengurangi intensitas interaksi siswa dengan orang tua dan interaksi antara siswa dengan dunia sosial nyata. Apalagi dalam masyarakat yang berubah sangat cepat sekarang ini, banyak siswa kehilangan hubungan dekat dan stabil dengan orang yang sayang dan peduli. Tanpa dukungan dari keluarga yang rukun, banyak siswa membawa rasa ketidakpuasan ke sekolah. Sementara itu, tuntutan dari masyarakat yang dutujukan kepada sekolah (siswa harus lulus UNAS seratus persen dengan nilai tinggi) akan mengabaikan kebutuhan sosial dan emosional siswa. Ketika pencapaian dan target kompetitif sekolah di tengah masyarakat menjadi fokus utama, siswa terisolasi dan kebutuhan afeksi serta sosial siswa menjadi terabaikan.
Pembelajaran Berbasis Kelompok
Dalam pembelajaran berbasis kelompok terdapat unsur latihan keterampilan sosial. Keterampilan sosial tidak dapat dicapai dengan hanya meminta siswa untuk bekerja sama. Siswa harus dilatih dengan sengaja. Keterampilan sosial diajarkan bersama-sama dalam pembelajaran berbasis kelompok. Keterampilan sosial dirumuskan dalam tujuan pembelajaran sebagai bentuk latihan yang disengaja dan dirancang bersamaan dengan tujuan akademik.
Beberapa komponen yang harus ada dalam melatih keterampilan sosial siswa adalah adanya saling ketergantungan positif, adanya akuntabilitas individual, heterogenitas anggota, adanya pimpinan kelompok, dan adanya pengajaran langsung tentang kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan pengelolaan konflik.
Dalam pembelajaran berbasis kelompok, peran guru tidak lagi dominan. Guru bukan satu-satunya sumber informasi pengetahuan bagi siswa. Di samping guru, siswa dapat menggali informasi pengetahuan dari sesama siswa dalam kelompok belajar. Sementara itu, masing-masing siswa dalam kelompok dapat menggali informasi dari berbagai sumber (perpustakaan, koran, televisi, internet, orang tua, atau dari orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian tertentu) yang nantinya informasi itu dibagi dengan siswa lain dalam kelompok belajar.
Beberapa peran guru dalam melatih keterampilan sosial siswa yaitu : merumuskan tujuan pembelajaran dan keterampilan sosial, menentukan kriteria dan jumlah anggota kelompok belajar, merancang kerja sama antarkelompok, menjelaskan kriteria perilaku dan keberhasilan siswa, serta memantau dan menilai kualitas pekerjaan siswa.
Kegiatan awal setelah terbentuknya kelompok belajar adalah membentuk pengurus kelompok yang terdiri dari ketua dan sekretaris. Pembentukan ini dimaksudkan agar setiap kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap tugas-tugas dari guru serta melatih nilai kepemimpinan siswa. Proses pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara demokratis.
Selanjutnya setiap kelompok membuat aturan-aturan dalam kelompoknya, dalam hal kewajiban dan hak serta tanggung jawab anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Proses pembuatan aturan dan norma kelompok dilakukan dengan cara berdiskusi. Setelah menghasilkan aturan kelompok, masing-masing kelompok mempresentasikan aturan yang telah dibuat untuk diketahui oleh guru dan kelompok lain.
Untuk memantau kegiatan anggota kelompok dan pembagian tugas, setiap kelompok membuat jurnal kelompok. Jurnal kelompok berisi tentang tanggal tugas, bentuk tugas, siswa yang bertanggung jawab menyelesaikan tugas, tanggal penyelesaian tugas serta tanda tangan guru. Jurnal kelompok harus diisi dengan tertib dan diperiksa oleh guru setiap minggu.
Beberapa kegiatan belajar kelompok dapat dijabarkan dalam empat metode sebagai berikut:
Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions). Guru memberikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, kemudian anggota kelompok diberi tugas lembar kerja akademik. Lembar tugas tersebut diselesikan oleh masing-masing kelompok dengan cara bekerja sama, saling membantu, ataupun sesuai dengan aturan masing-masing kelompok.
Metode Jigsaw. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok berkewajiban mempelajari teks tersebut, siswa yang lebih mampu mengajarkan pemahamannya kepada siswa yang kurang paham, dalam pengertian lain teman sebagai “pengajar kedua” setelah teks dari guru.
Metode GI (Group Investigation). Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok. Hal yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa dalam metode ini adalah: seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
Metode Struktural. Metode ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Ada struktur yang memiliki tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan isi materi akademik dan ada struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Dua struktur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Think-Pair-Share
Metode ini memberikan siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Ada tiga langkah penerapan metode ini, yaitu:
Langkah 1 – Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atas isu tersebut.
Langkah 2 – Berpasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilksan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi.
Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Numbered Head Together.
Metode ini melibatkan para siswa dalam mengingat kembali (review) bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Ada empat langkah penerapan metode ini, yaitu:
Langkah 1 – Penomoran (Numbering): Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut meiliki nomor berbeda.
Langkah 2 – Pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat umum hingga spesifik.
Langkah 3 – Berpikir Bersama (Head Together): Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
Langkah 4 – Pemberian Jawaban (Answering): Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Mungkin masih banyak cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Satu hal yang harus selalu diingat, bahwa dengan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial (social skill) berarti guru telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Bagaimana menurut anda?